Ragnarok M: Eternal Love
Ini sebenernya bukan game baru, dulu ada versi PC-nya tapi aku ga main. So, ini merupakan game yang baru untuk aku. Ragnarok M: Eternal Love (ROM) ini menarik, karena banyak auto-nya jadi bisa AFK (away from keyboard). Dan dalam tulisan ini, aku bukan membahas mengenai gamenya itu sendiri tapi lebih kearah menceritakan pengalaman aku bermain game ini sambil bekerja dan mengasuh anak.
FYI, aku memang suka sekali game sejak kecil, main nintendo, PS, dan belakangan ini suka mobile gaming (dari HayDay, Candy Crush, PlantVsZombie, Command and Conquer, Mobile Legend, Onmyoji, dsb). Emtah kenapa sih ya, aku prefer gaming daripada nonton. Kan emak-emak pada umumnya itu hobinya nonton sinetron, drama korea, liatin gosip seleb, tapi aku ga suka semuanya itu. Aneh ya?!!
Hiburan
Sebagaimana yang aku jelaskan sebelumnya, aku itu tipe manusia yang ga pernah lepas dari game. Entah kenapa menurut pendapat aku game itu merupakan hiburan dan sarana pelepas stress - pelepas stress dari kehidupan nyata, karena dalam game ada stressnya masing-masing hehehee..
Tentukan Skala Prioritas.
Yang aku suka dari Ragnarok ini, kita bisa AFK sambil grinding. Aku biasanya set AFK (main auto)
kalo pas sama anak atau sambil bekerja. Jadi sebenernya aku masih main meskipun lagi bekerja atau main/urus anak. This why I love ROM! Nah kalo anak sudah tidur atau memang ada waktu santai (jam istirahat, kerjaan lagi sepi, dll), baru deh yang agak serius mainnya, dan untungnya sih ROM itu set waktu guild war malam hari ketika sudah pulang kerja dan anak tidur :)
Nah itu dia kenapa aku pensi dari game macem Mobile Legeng, AoV, Onmyoji, karena game tersebut harus benar2 konsentrasi pada saat kita bermain. Kalo kita tiba-tiba harus berhenti main, kasian teman segrup soalnya sedangkan kalo di ROM, pas lagi war atau kerjain quest, masih bisa ditinggal.
Membuat Otomatis berpikir Efisien dan Taktis
Percaya atau tidak, aku belajar efisiensi itu dari game. Bagaimana mengembangkan dan memanfaatkan resource yang ada sebaik mungkin aku pelajari dari game jaman dulu sampai paling baru seperti Mario, Crash Bandicoot, Red Alert, The Sim, CoC, ROM dsb. Oiya, aku kurang suka Counter Strike, PB, PUBG sih soalnya grafiknya terlalu real buat aku, dan mengagetkan :(
Entah bagaimana melalui game itu aku bisa belajar mengatur hidup dan berpikir taktis. Misalnya waktu mau masak sup. Otak selalu langsung menyusun jadwal, dari perincian waktu menyiapkan bahan, kapan rebus daging, sayur, mencuci peralatan, dan kegiatan lain. Jadi sambil masak, aku juga membersihkan bekas masak, menyapu, main game, dan bahkan masak masakan lainnya at once. Atau misalnya ditempat kerja diberi suatu pekerjaan, aku secara otomatis tau harus research kemana, drafting, dan tau mau tanya siapa kalau mengalami suatu kesulitan. Jadi, game membuat aku lebih taktis.
Belajar Mengelola Keuangan
Banyak game yang mengharuskan kita tidak slebor dan harus hati-hati menggunakan sumber daya (uang) yang ada. Misalnya pada ROM, kita perlu pertimbangan apakah suatu item lebih menguntungkan apabila kita cari sendiri atau lebih beli di exchange; apakah sebaiknya membeli weapon langsung di exchange atau menempa sendiri; atau menjual barang untuk mendapatkan margin di exchange. Yup, game ini cukup complicated untuk urusan keuangan. Salah sedikit saja, char kita cupu dan akan sulit untuk mengikuti kedepannya.
Melalui game, aku belajar mengenai pengelolaan keuangan. Gaji yang masuk harus aku berdayakan semaksimal mungkin. Thank God, sebenarnya untuk kebutuhan sehari-hari keluarga mostly ditanggung sama suami, jadi gaji aku itu aku alokasikan untuk kebutuhan pribadi aku (makan, ongkos, baju, makeup, skincare, salon, dokter kulit, ngopi) dan menabung/investasi. Karena belajar dari game, biasanya aku sangat taktis misalnya:
Makan: Aku bukan orang yang terlalu irit sama makan karena untuk aku makan merupakan bentuk terima kasih sama tubuh atas segala yang telah dijalani :) Disini maksudnya bukan makan mewah yaa, makanan sederhana tapi yang bukan pengiritan banget. Maksudnya makan yang pengiritan banget itu contohnya makan terus di warteg/penjual pinggir jalan yang harganya sangat murah tapi lebih terasa micinnya dibanding rasa makanannya.
Ongkos: Aku lebih memilih naik transjakarta atau jalan kaki apabila jaraknya dekat dibanding naik trasportasi umum lainnya (Gojek, Grab), karena harganya lebih murah. Tapi aku tidak masalah untuk bayar lebih mahal untuk tiket pesawat (Garuda, Batik) daripada budget airline yang memiliki track record tidak baik plus bagasi berbayar mahal., karena menyangkut masalah pelayanan dan keselamatan.
Baju: Aku jarang beli baju dan baju aku termasuk sedikit. Tidak pernah tergoda sama yang namanya diskon dan bukan tipe impulsive buying. Aku akan beli baju ketika aku butuh baju dan kemudian aku akan beli baju yang aku suka, ada diskon ataupun tidak ada diskon.
Intinya pada setiap sen yang akan aku keluarkan, akan benar-benar dipertimbangkan.
Mungkin ketika sudah agak besar (7 atau 8 tahun), anak aku juga akan aku arahkan untuk bermain game - tentu dengan terms & conditions - agar dia dapat belajar mengelola hidupnya, mengelola sumber daya yang dimilikinya. Belajar hidup melalui games, just like her mommy ;)
DISCLAIMER:
Segala sesuatu yang tertulis dalam blog ini bukan dan tidak dapat
dianggap sebagai suatu saran professional serta tidak dijamin keakuratannya melainkan
agar dapat dipandang sebagai sharing
pengalaman dan hasil research pribadi
sebagai informasi, termasuk segala tautan yang ada didalamnya, sehingga
karenanya tidak disarankan untuk digunakan sebagai dasar rujukan apapun. Pembaca
dapat meminta nasihat dan saran professional sehubungan dengan permasalahan
yang dialami. Penulis dan pemilik blog tidak
bertanggungjawab atas kerugian yang timbul sehubungan dengan isi dari tulisan
ini. Setiap konten berupa tulisan, gambar, foto, video, rekaman suara, atau
gabungan diantaranya yang terdapat pada blog ini dilindungi oleh hak cipta
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.