TRAVELING: Liburan Ke Singapura bersama Anak 2
Tahun
Apakah si anak fun?
Tulisan ini difokuskan pada si baby. Apakah si baby menikmati liburan di Singapura?
Kita sekeluarga liburan ke Singapura pada Juni 2018. Kita pergi bertiga, bersama suami dan anak yang usianya pas 2 tahun Juni ini. Sebenarnya aku tergiur untuk liburan ke Singapura karena segala fasilitas yang ditawarkan negara tersebut. Aku sendiri sudah beberapa kali ke Singapura dan sadar bahwa kota tersebut merupakan kota metropolitan dengan segala kemewahan fasilitas yang ditawarkan (diantaranya kemudahan transportasi) serta surga belanja! Mungkin hal-hal tersebut dapat membuat kita happy, tapi apakah si bayi juga senang? Itu yang mau aku share disini.
Kita sekeluarga liburan ke Singapura pada Juni 2018. Kita pergi bertiga, bersama suami dan anak yang usianya pas 2 tahun Juni ini. Sebenarnya aku tergiur untuk liburan ke Singapura karena segala fasilitas yang ditawarkan negara tersebut. Aku sendiri sudah beberapa kali ke Singapura dan sadar bahwa kota tersebut merupakan kota metropolitan dengan segala kemewahan fasilitas yang ditawarkan (diantaranya kemudahan transportasi) serta surga belanja! Mungkin hal-hal tersebut dapat membuat kita happy, tapi apakah si bayi juga senang? Itu yang mau aku share disini.
Dengan keadaan wilayah yang tidak begitu luas, kita sendiri dapat mengelilingi Singapura dalam waktu yang singkat dan apabila kita ingin menikmati semua fasilitas yang ditawarkan di Singapura, kita harus mempersiapkan budget yang tidak murah, tidak cocok untuk turis dengan budget terbatas, termasuk aku :) Aku sendiri, memilih menginap di Hotel Mono, hotel kecil yang terletak di China Town. Kondisi hotelnya lumayanlah jika hanya untuk tidur, tidak ada fasilitas lebih yang ditawarkan hotel tersebut.
Keliling China Town dan Kuliner Yang Ditawarkan
Kita memilih hotel di China Town pada dasarnya agar mudah kulineran dan belanja-belanja. Jadi setelah sampai hotel, kita langsung jalan-jalan disekitar China Town. Kita mencari makanan dan akhirnya memilih salah satu stall makanan disana, aku pesan nasi hainan. Honestly yaa, aku kurang begitu suka cita rasa yang ditawarkan. Entah kenapa orang bilang 'aku mau ke Singapura, aku mau kulineran disana' namun kalo aku pribadi sih masih belum menemukan makanan yang cocok dilidah aku di negara ini, paling yang aku suka dimsum pinggir jalan didaerah Geylang sama makanan India (lupa namanya) - dan pada saat liburan Juni ini aku tidak kesana.
Aku juga tidak belanja apapun di China Town, karena yang dijual itu cinderamata seperti gantungan kulkas, gantungan kunci, kaos, dan semacamnya, dan aku sudah punya, dan sepertinya orang-orang sekelilingku sudah pernah pergi ke Singapura, atau setidak-tidaknya sudah memiliki cinderamata semacam itu. Dari sejak awal, aku sudah tahu kok apa yang mau aku bawa sebagai oleh-oleh, Garrett Popcorns dan Irvins Salted Egg Fish Skin.
Di China Town, aku merasa anak aku tidak terlalu menikmati suasananya. Memang dia di stroller dan melihat-lihat sekeliling, tapi hanya itu saja. Tidak ada aktifitas lain yang menarik bagi dia. Bahkan ketika makan, dia agak rewel, karena dia mau jalan-jalan dan kita tidak bolehin karena menggangu pengunjung lain. Di tempat makannya pun tidak memiliki baby chair, sehingga kita harus pangku atau dudukan dia di kursi stall dia ketika makan.
Universal Studio Singapore
Aku sebenarnya ragu apakah keputusan untuk pergi ke Universal Studio Singapore ini cocok untuk anak aku. Namun karena aku pikir disana banyak permainan dan atraksi/pertunjukan (anak aku suka sama badut), akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke Universal Studio Singapore. Aku naik Grab dari hotel (nanti aku jelasin kenapa aku naik Grab, bukan MRT) ke Vivo City, yang merupakan mall terkonesi dengan Sentosa Express (akses ke Sentosa Island). Pada saat itu antrian agak sepi, dan kita langsung berhenti di stasiun pertama pada lokasi Universal Studio Singapore berada. Namun kita tidak langsung menuju Universal Studio Singapore tapi jalan-jalan terlebih dahulu disekitarnya dan sambil kasi makan si baby.
Kita masuk Universal Studio Singapore sekitar jam 13.00, dan langsung menuju ke area permainan. Disinilah masalahnya, kita mencoba naik wahana Madagascar dan Shrek. Anak aku malah nangis dan tidak menikmati. Dia takut dengan suara dan suasana yang gelapnya. FYI, biasanya anak aku ga takut apapun, di pantai dia nyebur, anjing besar ga takut, naik gajah dan pegang gajah senang banget, kayaknya belum ada hal yang ditakuti. Nah, riding permainan di Universal Studio Singapore ternyata dia takut dan nangis. Mungkin sebenarnya belum cukup umur yaa untuk menikmati wahana tersebut.
Tapi dia lumayan menikmati pertunjukan, badut-badut, dan barang-barang jualan lucu yang dipajang sih.. Untungnya dia belum kenal istilah 'membeli' jadi kalo ada barang lucu, dia pikir memang untuk disimpen disitu, bukan dibawa, jadi kantong mommy aman :)
Daripada nyesel dan ogah rugi karena harga tiket yang mahal, pas dia tertidur, waktunya mommy dan daddy-nya menikmati wahana Universal Studio Singapore. Karena aku sudah pernah dan agak males naik lagi, maka daddy-nyalah yang naik wahana - aku tunggu si baby bobo sambil liat atraksi.
Kita masuk Universal Studio Singapore sekitar jam 13.00, dan langsung menuju ke area permainan. Disinilah masalahnya, kita mencoba naik wahana Madagascar dan Shrek. Anak aku malah nangis dan tidak menikmati. Dia takut dengan suara dan suasana yang gelapnya. FYI, biasanya anak aku ga takut apapun, di pantai dia nyebur, anjing besar ga takut, naik gajah dan pegang gajah senang banget, kayaknya belum ada hal yang ditakuti. Nah, riding permainan di Universal Studio Singapore ternyata dia takut dan nangis. Mungkin sebenarnya belum cukup umur yaa untuk menikmati wahana tersebut.
Tapi dia lumayan menikmati pertunjukan, badut-badut, dan barang-barang jualan lucu yang dipajang sih.. Untungnya dia belum kenal istilah 'membeli' jadi kalo ada barang lucu, dia pikir memang untuk disimpen disitu, bukan dibawa, jadi kantong mommy aman :)
Daripada nyesel dan ogah rugi karena harga tiket yang mahal, pas dia tertidur, waktunya mommy dan daddy-nya menikmati wahana Universal Studio Singapore. Karena aku sudah pernah dan agak males naik lagi, maka daddy-nyalah yang naik wahana - aku tunggu si baby bobo sambil liat atraksi.
Hal-hal yang Sebaiknya Dicermati Sebelum Memutuskan Wisata ke Singapura bersama Anak
Tidak Memilih untuk Wisata Belanja Bersama Anak. Aku pergi dengan anak 2 tahun yang sangat aktif dan maunya lari, loncat, dan explore sana sini. Jadi untuk wisata belanja, aku eliminir. Sebenernya hari pertama aku jalan-jalan ke Orchad Road, masuk ke beberapa mall disepanjang jalan itu, dan kita kewalahan karena si baby maunya lari-lari dan masuk-masuk ke toko dan pegang-pegang barang-barang yang ada disana plus gangguin sales person yang lagi jaga toko. Setelah beberapa jam kita menyusuri Orchad Road, aku malah encok mengejar si baby dan tidak menghasilkan satu barang apapun.
Bijak Dalam Memilih Moda Transportasi. Di Singapura, memang dilengkapi dengan transportasi yang super mudah dan canggih. Sebenarnya setelah beberapa kali ke Singapura, aku selalu memilih MRT sebagai moda transportasi yang dapat diandalkan. Namun pada saat membawa baby, ternyata agak repot juga karena si baby tidak mau diam menunggu pembelian tiket dan menunggu kereta. Maunya turun dari stroller dan lari-lari di sekeliling stasiun. Apalagi pada saat dikereta, dia kadang teriak-teriak sendiri dan maunya jalan-jalan, yah memang ada penumpang yang memaklumi, tapi sepertinya lebih banyak yang jutek meskipun aku duduk ditempat khusus yang memang disediakan untuk membawa baby.
Berkaca dari pengalaman tersebut, maka akhirnya kita memilih taxi untuk sarana transportasi kita. Memang agak mahal, tetapi setidaknya si baby sepertinya lebih nyaman dan tenang. Sebagai catatan, taxi pada peak hour dikenakan tarif yang lebih tinggi (mahal banget) jadi bijak-bijak dalam bepergian. Grab juga bisa digunakan di Singapura (sayangnya di Singapura belum ada Go-Car). Kita beberapa kali menggunakan Grab dan Grab lebih murah daripada taxi. Kalo kepepet aku pake Taxi.
Warga Singapura dan Anak Kecil. Aku tidak melihat banyak anak kecil di Singapura (maksudnya baby-toddler, mungkin yang agak besar sedang bersekolah). Meskipun ada beberapa yang sangat ramah sama anak aku, namun tidak sedikit juga yang terlihat sinis. Mungkin juga karena si baby senangnya teriak-teriak dan jalan-jalan, serta Aku pergi dengan anak 2 tahun yang sangat aktif dan maunya lari, loncat, dan explore sana sini. Jadi untuk wisata belanja, aku eliminir. Sebenernya hari pertama aku jalan-jalan ke Orchad Road, masuk ke beberapa mall disepanjang jalan itu, dan kita kewalahan karena si baby maunya lari-lari dan masuk-masuk ke toko dan pegang-pegang barang-barang yang ada disana plus gangguin sales person yang lagi jaga toko. Setelah beberapa jam kita menyusuri Orchad Road, aku malah encok mengejar si baby dan tidak menghasilkan satu barang apapun.
Perhatikan Waktu dan Energi Anak. Meskipun banyak hal yang dapat dijelajahi di Singapura, kamu sebaiknya tidak 'ngoyo' untuk menargetkan beberapa lokasi wisata apabila waktu kunjungan kamu di Singapura terbilang cukup pendek. Apabila anak terlalu lelah, dia akan rewel dan kamu juga akan bete karenanya sehingga menyebabkan liburan ga asyik.
Bijak Dalam Memilih Moda Transportasi. Di Singapura, memang dilengkapi dengan transportasi yang super mudah dan canggih. Sebenarnya setelah beberapa kali ke Singapura, aku selalu memilih MRT sebagai moda transportasi yang dapat diandalkan. Namun pada saat membawa baby, ternyata agak repot juga karena si baby tidak mau diam menunggu pembelian tiket dan menunggu kereta. Maunya turun dari stroller dan lari-lari di sekeliling stasiun. Apalagi pada saat dikereta, dia kadang teriak-teriak sendiri dan maunya jalan-jalan, yah memang ada penumpang yang memaklumi, tapi sepertinya lebih banyak yang jutek meskipun aku duduk ditempat khusus yang memang disediakan untuk membawa baby.
Berkaca dari pengalaman tersebut, maka akhirnya kita memilih taxi untuk sarana transportasi kita. Memang agak mahal, tetapi setidaknya si baby sepertinya lebih nyaman dan tenang. Sebagai catatan, taxi pada peak hour dikenakan tarif yang lebih tinggi (mahal banget) jadi bijak-bijak dalam bepergian. Grab juga bisa digunakan di Singapura (sayangnya di Singapura belum ada Go-Car). Kita beberapa kali menggunakan Grab dan Grab lebih murah daripada taxi. Kalo kepepet aku pake Taxi.
Warga Singapura dan Anak Kecil. Aku tidak melihat banyak anak kecil di Singapura (maksudnya baby-toddler, mungkin yang agak besar sedang bersekolah). Meskipun ada beberapa yang sangat ramah sama anak aku, namun tidak sedikit juga yang terlihat sinis. Mungkin juga karena si baby senangnya teriak-teriak dan jalan-jalan, serta Aku pergi dengan anak 2 tahun yang sangat aktif dan maunya lari, loncat, dan explore sana sini. Jadi untuk wisata belanja, aku eliminir. Sebenernya hari pertama aku jalan-jalan ke Orchad Road, masuk ke beberapa mall disepanjang jalan itu, dan kita kewalahan karena si baby maunya lari-lari dan masuk-masuk ke toko dan pegang-pegang barang-barang yang ada disana plus gangguin sales person yang lagi jaga toko. Setelah beberapa jam kita menyusuri Orchad Road, aku malah encok mengejar si baby dan tidak menghasilkan satu barang apapun.
Perhatikan Waktu dan Energi Anak. Meskipun banyak hal yang dapat dijelajahi di Singapura, kamu sebaiknya tidak 'ngoyo' untuk menargetkan beberapa lokasi wisata apabila waktu kunjungan kamu di Singapura terbilang cukup pendek. Apabila anak terlalu lelah, dia akan rewel dan kamu juga akan bete karenanya sehingga menyebabkan liburan ga asyik.
Kesimpulan:
Sebenarnya masih ada banyak bucket lists yang ingin banget aku datangi hanya saja sepertinya tidak memungkinkan karena keterbatasan waktu serta pertimbangan kalau anak seusia anak aku belum cocok dan belum dapat menikmati obyek wisata tersebut, diantaranya Merlion Park, Singapore Flyer, MBS, keliling Sentosa Island, dan city tour. Jangan terlalu ‘ngoyo’
untuk mendatangi berbagai tempat. Kalo aku sih yakinkan didalam hati: ‘toh
nanti bisa balik lagi kesini’.
Intinya kalau bawa anak, kamu harus mengerti tipe anak kamu seperti apa. Pengalaman aku selama liburan ke Singapura ini, ternyata si baby rusuh kalo diajakin ke mall dibandingkan ke obyek wisata lain. Jadi apabila kita memaksakan membawa dia ke mall, siap-siap tidak jadi belanja karena dia rewel, lari-lari dan gangguin (ajak ngobrol/ajak main) sales person atau orang yang belanja di mall tersebut.
Intinya kalau bawa anak, kamu harus mengerti tipe anak kamu seperti apa. Pengalaman aku selama liburan ke Singapura ini, ternyata si baby rusuh kalo diajakin ke mall dibandingkan ke obyek wisata lain. Jadi apabila kita memaksakan membawa dia ke mall, siap-siap tidak jadi belanja karena dia rewel, lari-lari dan gangguin (ajak ngobrol/ajak main) sales person atau orang yang belanja di mall tersebut.
Happy Holiday!
No comments:
Post a Comment