Tuesday, November 21, 2017

PARENTING: Memasak Bubur Bayi (MPASI) Menggunakan Slow Cooker


MEMASAK BUBUR BAYI (MPASI) MENGGUNAKAN SLOW COOKER, YES OR NO?


Sebagai seorang ibu bekerja dan menjunjung tinggi prinsip 'kalau ada pilihan simpel, kenapa harus repot?' slow cooker merupakan jawaban dan bahkan holy grail aku dalam mempersiapkan makanan untuk bayi aku.  Bubur yang aku masak menggunakan slow cooker (punya aku merek: Takahi, 0,7 l), untuk makan siang dan makan sore.  Untuk sarapan, aku memberi makanan instan (bubur kardus Heinz) setiap hari.  Kenapa makanan instan?  Baca alasan aku disini.



 
Slow Cooker Simpel dan Paktis.
Memang slow cooker membutuhkan waktu yang lama agar makanan matang, namun persiapan dan proses memasaknya sangat praktis.  Kita cukup memotong kecil bahan makanan sesuai dengan ukuran yang kita mau dan memasukan bahan makanan kedalam slow cooker dan tunggu beberapa jam hingga matang kemudian dapat langsung disajikan.  Tidak perlu repot potong-blender-masak-saring- dan segala drama cucian piring menumpuk.

Bagian yang paling repot paling cuma persiapan bahan karena kita harus memotong seluruh bahan makanan menjadi ukuran yang kita inginkan dan pada saat mencuci ketika slow cooker selesai digunakan.  Slow cooker biasanya meninggalkan bekas makanan yang lengket pada clay pot sehingga harus direndam beberapa lama baru bisa dicuci bersih (ini tergantung bahan masakan yang kita pilih moms, biasanya kalo bahan dasarnya nasi itu agak lengket).



Masak Segala Bahan Makanan Menggunakan Slow Cooker.
Kita hampir dapat memasukan seluruh bahan makanan kedalam slow cooker, hanya saja waktunya diperhatikan.  Misalnya apabila kita hendak memasukan sayuran hijau/produk olahan susu, kita memasukannya ke slow cooker 15 menit sebelum selesai.  Kalau aku sih karena bukan ibu kreatif, masakan aku itu-itu saja dengan sedikit modifikasi.  Bahan yang biasanya aku masak:
  1. Beras putih organik - setiap hari.
  2. Salmon, ayam kampung, daging sapi cincang - setiap hari.  Daging ini digunakan bergiliran.  Baby kebetulan tidak bermasalah menggunakan daging apapun sejauh ini.  Namun aku memang menghindari penggunaan seafood (udang, cumi, dsb).
  3. Butternut pumpkin - setiap hari.  Terkadang kalau tidak ada butternut pumpkin, aku pakai kabocha kuning.
  4. Kaldu ayam - setiap hari.  Untuk mempermudah persiapannya, biasanya aku buatnya sekali untuk beberapa hari.  Ayam kampung 1 ekor, aku potong jadi 8 bagian dan direbus untuk diambil kaldunya.  Tunggu dingin kemudian kaldu ayam ini aku bagi (kurang lebih 200 - 250ml) ke beberapa wadah plastik dan aku masukan ke freezer.  Setiap malam kaldu diturunin ke kulkas bawah sehingga mencair untuk digunakan keesokan harinya.  Daging bekas kaldu sebaiknya tidak diberikan ke bayi karena sudah tidak ada nutrisinya, diolah menjadi makanan dewasapun menurut aku kurang enak.  Biasanya suster bayi membuat semacem daging kering dan disambelin (aku ga tau nama makanannya apa) dan rasanya lumayan.  Tapi kalo dibuat masakan lain, ga rekomen deh.
  5. Zuchini, kyuri (timun jepang) - setiap hari.  Kalau hari ini zuchini, besok aku kasi kyuri.  Terus bergantian tapi bahan ini setiap hari ada.
  6. Wortel - setiap hari.
  7. Brocolli, baby buncis.  Bahan ini juga bergantian, dimasukan ke slow cooker 15 menit sebelum selesai masakannya agar tidak lembek/benyek dan nutrisinya terjaga.
  8. Kuning telur ayam kampung.  Ini 2 atau 3 hari sekali.  Masaknya terpisah dengan penggunaan slow cooker.  Jadi, telur ayam kampung direbus dan setelah matang diambil kuningnya kemudian dicampurkan ke makanan yang sudah jadi, yang terlebih dahulu dimasak menggunakan slow cooker.
Sebisa mungkin aku menghindari gula dan garam, tapi tanpa penggunaan gula dan garam pun si baby masih mau kok makan masakannya, mungkin karena makan makanan yang dimasak dengan slow cooker lebih enak dan kaldunya lebih terasa :)
 

Nutisi Tetap Terjaga dengan Menggunakan Slow Cooker.
Dengan metode memasak dengan suhu tertentu dengan waktu memasak yang relatif lebih lama, nutrisi dan gizi yang terkandung dalam masakan tetap terjaga.  Kita juga tidak disarankan untuk membuka tutup dari slow cooker ketika sedang memasak agar nutrisi makanan tidak hilang.  Dengan penggunaan yang tepat, segala gizi dan kebaikan nutrisi dari setiap bahan makanan yang digunakan dapat tetap terjaga.



Boros?
Penggunaan slow cooker awalnya aku pikir akan menghabiskan daya listrik yang besar, ternyata tidak.  Slow cooker cukup hemat kok.  Selain lumayan menghemat listrik, kita tidak perlu menggunakan banyak peralatan memasak yang juga meghabiskan listrik (blender), gas untuk memasak, dan air untuk mencuci peralatan masak :)  Dan yang terpenting adalah menghemat waktu, jadi kita bisa main sama baby atau mengerjakan hal lainnya selama menunggu makanan matang. 



Sampai dengan saat ini, baby aku (1y 5m) masih makan masakan menggunakan slow cooker, hanya saja untuk sayurannya mulai direbus sendiri dan mulai diberikan sumber protein terpisah dari yang dimasak tidak menggunakan slow cooker (tempe, tahu goreng).  Aku memang rencananya ga buru-buru untuk mengenalkan makanan rumahan, karena aku lihat dia mengalami kesulitan dalam mengunyah makanan (grahamnya masih dalam masa bertumbuh).

Semoga infonya bermanfaat moms..






____________________________________


DISCLAIMER:

Segala sesuatu yang tertulis dalam blog ini bukan dan tidak dapat dianggap sebagai suatu saran professional serta tidak dijamin keakuratannya melainkan agar dapat dipandang sebagai sharing pengalaman dan hasil research pribadi sebagai informasi, termasuk segala tautan yang ada didalamnya, sehingga karenanya tidak disarankan untuk digunakan sebagai dasar rujukan apapun.  Pembaca dapat meminta nasihat dan saran professional sehubungan dengan permasalahan yang dialami.  Penulis dan pemilik blog tidak bertanggungjawab atas kerugian yang timbul sehubungan dengan isi dari tulisan ini. Setiap konten berupa tulisan, gambar, foto, video, rekaman suara, atau gabungan diantaranya yang terdapat pada blog ini dilindungi oleh hak cipta sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.






No comments:

Post a Comment